Berikut ini adalah tempat atau waktu bershalawat lainnya yaitu ketika nama nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam disebut. Siapa yang enggan bershalawat ketika nama beliau disebut, maka ia disebut pelit.
11- Bershalawat ketika nama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam disebut.
Para ulama berselisih pendapat tentang wajibnya berselisih pendapat tentang wajibnya bershalawat ketika itu. Abu Ja’far Ath Thohawiy dan Abu ‘Abdillah Al Halimi berkata bahwa wajib bershalawat pada Nabi ketika nama beliau disebut. Sedangkan ulama lainnya menganggapnya sunnah, artinya tidak berdosa jika tidak bershalawat kala itu.
Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
رَغِمَ أَنْفُ رَجُلٍ ذُكِرْتُ عِنْدَهُ فَلَمْ يُصَلِّ عَلَىَّ
“Sungguh celaka, orang yang disebut namaku di sisinya lantas ia tidak bershalawat untukku” (HR. Tirmidzi no. 3545. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan)
Ibnul Qayyim menyebutkan bahwa yang dimaksud ‘raghima anfu’ adalah doa jelek dan celaan. Doa seperti ini ada ketika meninggalkan sesuatu yang bukan sekedar sunnah. Orang yang meninggalkan sunnah tentu tidak didoakan jelek seperti itu.
Dari ‘Ali bin Abi Tholib, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
الْبَخِيلُ الَّذِى مَنْ ذُكِرْتُ عِنْدَهُ فَلَمْ يُصَلِّ عَلَىَّ
“Orang yang disebut pelit adalah orang yang ketika disebut namaku di sisinya lalu ia tidak bershalawat untukku.” (HR. Tirmidzi no. 3546. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan)
Pernyataan pelit menunjukkan gelaran yang jelek. Jika tidak bershalawat ketika itu hanyalah perkara sunnah, tentu tidak digelari seperti itu. Istilah bakhil (pelit) juga ditujukan pada orang yang enggan memenuhi yang wajib.
Wallahu a’lam. Moga kita tidak dicap sebagai orang yang pelit. Setiap nama nabi kita disebut, marilah bershalawat untuk beliau: Allahumma shalli wa sallim ‘ala Muhammad, atau shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Hanya Allah yang memberi taufik dan hidayah.
Referensi:
Ash Shahih Al Musnid min Adzkaril Yaum wal Lailah, Syaikh Musthofa bin Al ‘Adawiy, terbitan Dar Ibnu Rajab, cetakan kedua, tahun 1424 H.
Jalaa-ul Afham fii Fadhli Ash Shalah was Salaam ‘ala Muhammad Khoiril Anam, Ibnu Qayyim Al Jauziyah, terbitan Dar Ibni Katsir, cetakan kedua, tahun 1432 H.
—
Selesai disusun di Panggang, Gunungkidul @ Darush Sholihin, 4 Jumadal Ula 1436 H
Oleh: Muhammad Abduh Tuasikal
Artikel Rumaysho.Com
Ikuti status kami dengan memfollow FB Muhammad Abduh Tuasikal, Fans Page Mengenal Ajaran Islam Lebih Dekat, Twitter @RumayshoCom, Instagram RumayshoCom